CIRACA : Lima Mahasiswa UNY Kampus Wates Prakarsai Penumbuhan Karakter Toleransi Anak Negeri

Pendidikan dan karakter merupakan dua hal yang saling membutuhkan. Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana pendidikan selalu berkaitan dengan pembentukan manusia-manusia muda (Koesoema, 2). Dengan pendidikan, diharapkan tercipta manusia yang bermartabat dengan karakter terpuji didalamnya. Karakter bukan sekadar hasil dari sebuah tindakan, melainkan secara simultan merupakan hasil dan proses. Idealnya, semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, semakin tinggi pula karakter terpuji yang dimiliki. Namun, di Indonesia masih banyak kasus dimana para individu berpendidikan sebagai subjeknya. Apabila keadaan ini terus dibiarkan, maka pemegang tongkat kepemimpinan bangsa Indonesia hanya sebuah pertanyaan dan arah bangsa ini masih dipertanyakan pula. Kondisi bangsa Indonesia seperti inilah yang mendorong gagasan pengabdian masyarakat yang diprakarsai oleh lima mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta berupa bimbingan belajar dengan menanamkan karakter toleransi di dalamnya. Kelima mahasiswa tersebut yaitu Diyah Suci Kumalasari, Fina Indriana, Putri Febrianti Eka Yoga (Fakultas Ekonomi), Dewi Maryam (Fakultas Ilmu Pendidikan), dan Imam Tri Prabowo (Fakultas Ilmu Keolahragaan).

Cabin of Ideal Recreation and Academic for Children Aboveboard atau CIRACA, begitulah mereka menamakan pengabdian masyarakat ini. Mereka melakukan pengabdian masyarakat di Dukuh Paingan, Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta. Paingan merupakan padukuhan besar yang meliliki tiga ratus kepala keluarga. “Di sini ada 2 SD, yaitu SD Serang dan SD Kepek. Namun, diantara keduanya terdapat perbedaan siswa dalam bersikap. Misal ketika bermain, masing-masing dari mereka menginginkan sebagai pemenang. Ketika ada teman yang menang, teman lain marah kepada anak yang menang tersebut.” ujar Pak Maryadi, Kepala Dukuh Paingan. Beliau juga mengatakan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu karena lingkungan belajar dan teman-teman sekitar yang belum baik. Para orang tua kurang memberikan perhatian kepada sang anak, sehingga kontrol belajar dan pendampingan sebagai makhluk sosialkepada sang anak kurang diterapkan. Diyah Suci Kumalasari memaparkan bahwa tujuan diadakannya program ini yaitu untuk memberikan wadah untuk anak-anak usia Sekolah Dasar dalam menambah pengetahuan akademik yang menyenangkan berupa pendidikan karakter (toleransi).“Program ini telah berjalan sejak Senin, 18 April 2016. Peserta yang terdiri dari siswa kelas satu sampai lima kami bagi berdasarkan kelas, namun tidak membedakan dari SD mana mereka berasal. Tenaga Pendidik juga kami ambilkan dari mahasiswa yang kompeten dalam menyampaikan materi pembelajaran, yaitu mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.” sambungnya.

Diyah Suci Kumalasari menambahkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, siswa diajak belajar dengan santai, namun serius. Hal ini diaplikasikan dengan menyisipkan permainan edukatif dengan materi agama, pengetahuan sosial, maupun pengetahuan umum. Pembelajaran dilakukan di dalam maupun luar ruangan. Selain itu, tim CIRACA juga mengadakan outbond di akhir bulan kedua. Hal ini bertujuan untuk memancing tumbuhnya rasa toleransi antar individu maupun lingkungan. Dalam kegiatan, tim CIRACA berlaku sebagai koordinator yang mengawasi dan membantu mengingatkan pengajar apabila terdapat sifat atau sikap siswa yang kurang terpuji. Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, tim CIRACA melakukan evaluasi dan koordinasi dengan tim pengajar yang bertujuan memperbaiki pertemuan yang akan datang.

“Kami memberikan pengertian mengenai toleransi dan pentingnya toleransi dalam kehidupan di sela pembelajaran. Apabila terdapat sifat atau perilaku siswa yang kurang toleransi, pengajar maupun tim CIRACA langsung mengingatkan dengan menyampaikan kembali materi toleransi yang telah disampaikan pengajar sekaligus memberikan pembenaran sikap maupun sifat yang seharusnya dilakukan. Pada awalnya memang susah untuk mengkondisikan para siswa dari dua sekolah yang berbeda ini. Namun, setelah lebih dari satu bulan berjalan, para siswa telah menunjukkan toleransi terhadap sesama teman, pengajar, maupun tim CIRACA. Siswa yang awalnya acuh kepada teman, kini telah mulai bisa berkomunikasi dengan baik kepada lawan bicaranya.” Ujar Diyah Suci Kumalasaari. Tim CIRACA selaku mahasiswa peraih Dana Hibah Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat 2016 berharap CIRACA tak hanya sebagai Program Kreativitas Mahasiswa, namun tetap diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bermanfaat bagi perbaikan karakter siswa.(Putri)