Mahasiswa Tata Boga Raih Broze Medal pada Lomba Internasional La Cuisine 2023

Mahasiswa Sarjana Terapan Tata Boga, Fairuz Rinjani Haran raih medali bronze kategori Sate Nusantara pada perlombaan internasional La Cuisine 2023 pada (8-11/10) di Jakarta International Expo Kemayoran. Pada kategori Asian Laksa berhasil meraih juara harapan oleh Miflana Jalaludin Rinta dan Alutfi Yufo Mahendra dan kategori Canape Platter oleh Muhammad Salma Alfarisi. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Association of Cullinary Profesional (ACP) yang rutin diselenggarakan 3 kali dalam satu tahun. Perlombaan ini dihadiri oleh perwakilan dari 13 negara di asia.

Dalam wawanara dengan tim humas, Fairus Rinjani menyampaikan tentang keikutsertaan lomba dikategori sate Nusantara dengan menggunakan resep sate Blora. Karena untuk lebih memperkenalkan tentang keunikan sate blora yang belum banyak diketahui masyarakat luas. Sate Blora memiliki kekhasan kuah kuning yang gurih dan dengan tambahan bumbu kacang pada sate. Pada olahan otentiknya sate blora biasanya untuk dibungkus dengan daun jati. Memiliki cita rasa yang khas. "imbuh Fairuz.

"Dan untuk sistem penilaian setiap masakan yang sudah jadi akan mendapat komentar langsung dari dewan juri. Menurut penilaian juri untuk sate blora sudah lumayan enak tapi masih kurang garing dan kuah masih kurang gurih. Dan itu menjadi masukan dan pembelajaran berarti dalam proses pengembangan resep, " tandas Fairuz.

Selaras dengan yang diungkapkan Miflana Jalaludin Rinta bahwa untuk perlombaan ini memang diluar ekspektasi kita. "Persiapan lomba yang singkat kurang lebih 2 minggu, mulai dari pengumpulan berkas, proposal dan latihan untuk persiapan lomba. "Kita Latihan untuk lomba ini sebanyak 2 kali dan kita trial and error sampai menemukan olahan yang sesuai dengan yang kita harapkan, " ungkap Miflana.

Menurut Muhammad Salma Alfarisi, peraih juara harapan Kategori Canape Platter bahwa Event perlombaan ini memberikan banyak pengalaman dan relasi. "Kita jadi punya kesempatan untuk merasakan atmosfer lomba dalam sebuah kompetisi internasional. Kita masih merasa step kerja kita masih berantakan dengan durasi waktu memasak yang terbatas. Waktu memasak dibatasi kurang lebih 45 menit- 1 jam tergantung dengan jenis masakan yang dilombakan. Dan menjadi sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu kita juga dapat bertemu dan bertukar informasi kulineri dengan peserta lain, imbuh Alfarisi. (Tusti)